Merti Desa Sebagai Wujud Syukur Masyarakat Wonorejokulon

13 Agustus 2022
Administrator
Dibaca 127 Kali
Merti Desa Sebagai Wujud Syukur Masyarakat Wonorejokulon

Masyarakat Desa Wonorejokulon adakan acara adat merti desa pada Jum'at 12 Agustus 2022. 

Merti desa merupakan salah satu dari beberapa adat dan budaya masyarakat desa khususnya masyarakat desa di tanah Jawa. Warga desa berkumpul mengadakan doa bersama serta membawa makanan olahan hasil buminya masing-masing.

Ada berbagai sebutan untuk acara yang sejenis dengan budaya merti desa ini seperti sadranan atau nyadran dan sebutan lainnya. Penamaan tergantung adat di wilayah masing-masing dan tentunya sebutan tersebut sudah turun temurun dari para pendahulunya. Acara di dalamnya pun dapat berbeda antar satu desa dengan yang lain. Ada yang disertai pengajian, ada yang disertai ritual tertentu sesuai adat yang diwariskan para nenek moyang desa tersebut. Tak hanya acaranya yg dapat berbeda, waktu dan tempat pelaksanaan pun dapat berbeda-beda antar satu desa dengan yang lain. Ada yang dijatuhkan pada bulan Maulud/rabiul awal, bulan Sofar atau bulan lain sesuai kesepakatan warga setempat. Ada yang melaksanakan di Balai Desa, Makam, Sawah, Masjid, lapangan dan sebagainya.

Di Desa Wonorejokulon sendiri adat ini akrab dengan sebutan "Suran" karena adat tahunan ini dilaksanakan pada tiap bulan Suro atau Bulan Muharram tepatnya pada hari Jumat Kliwon. Acara suran ini dilaksanakan di halaman area makam Mbah Ketiboyo Noyogenggong dan petilasan Mbah Sabdo Palon yang dipercaya merupakan pendiri Desa Wonorejokulon.

Pada Jumat pagi, didahului penyembelihan kambing untuk kemudian diolah dan kemudian dibagikan ke seluruh warga desa Wonorejokulon.

Usai salat Jumat, warga berkumpul di pendopo halaman makam Mbah Ketiboyo dan Sapdopalon. Masyarakat bersama-sama membacakan tahlil lalu mendoakan para leluhur/pahlawan desa serta seluruh masyarakat desa Wonorejokulon. Kemudian Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat memberikan petuah kepada para warga agar senantiasa bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dengan menjaga kerukunan, ketentraman dan bersama-sama merawat menjaga kehidupan di lingkungan desa.

"Merti desa atau sedekah bumi ini sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang dikeluarkan dari tanah bumi kita" ujar salah satu tokoh maayarakat yang akrab disapa Mbah Manten Parno.

Pada akhir acara, warga akan bertukar makanan yang ia bawa dengan warga lainnya. Prosesi ini melambangkan tanda syukur warga atas hasil bumi dan rizki yang diberikan Yang Maha Kuasa dengan berbagi satu sama lain. Tidak memandang status sosial, kaya dan miskin, pejabat atau bukan pejabat semua berbagi dan saling menikmati pemberian saudara sedesanya.